Arti Value
Untuk pondasi pertama Nilai Inti ini akan dibahas inti publikasi ini, Value dan penafsirannya serta penafsiran yang salah.
Soal Value, sering mendengar perkataan "ingin meningkatkan Value diri". Tidak ada yang buruk dari ungkapan ini dan menambah keahlian atau ilmu serta mengembangkan diri adalah kegiatan yang selalu bagus. Ini adalah suatu bentuk umum dan berangkat dari penafsiran "Value yang salah".
Sebelum Saya menjelaskan, mari kita berangkat dari tolok ukur untuk membedah arti Value. Untuk tolok ukur yang sama kita bisa melihat di definisi kamus. Bisa Merriam-Webster atau Cambridge atau kamus yang lain. Semua bisa jelas mendefinisikan juga ada contohnya.
Untuk bentuk umum di atas, seringnya melihat ke potensi tambahan penghasilan. Melihat ke transaksi masa depan. Semua berangkat dari salah satu definisi Value terkait Pertukaran Setara. Memperoleh satu hal sebagai ganti hal lain yang disepakati oleh kedua belah pihak sebagai setara.
Lanjut penjelasan, kita akan kembali ke metode transaksi barter. Metode yang sederhana tapi dengan menghilangkan kompleksitas transaksi modern, mampu dengan elegan menonjolkan arti value.
Mari kita susun contoh, transaksi antara Andi dan Budi yang sepakat melakukan barter apel milik Andi dengan buku milik Budi. Transaksi dilaksanakan sesuai kehendak partisipan sendiri dan keduanya merasa diuntungkan dari transaksi tersebut.
Ketika Andi dan Budi sepakat melakukan barter tersebut, ada dua perspektif. Andi menilai buku Budi lebih tinggi Value dibanding apelnya dan Budi menilai apel Andi lebih tinggi Value dibanding bukunya. Keduanya menafsirkan Value secara berbeda. Dengan demikian Andi menganggap penafsiran Budi sebagai "Value yang salah" demikian juga sebaliknya. Ini yang Saya maksud dengan penafsiran "Value yang salah". Pertanyaan "pilih mana antara apel dan buku?" akan dijawab berbeda oleh Andi dan Budi. Keduanya benar dan keduanya salah.
Ketika seseorang mengatakan bahwa dia "ingin meningkatkan Value diri" dengan menambah keahlian baru untuk kemudian meningkatkan penghasilan, dia pada dasarnya mengharapkan suatu saat bertransaksi dengan mereka yang menafsirkan "Value yang salah". Berharap bertransaksi dengan mereka yang menganggap hal yang dia sediakan lebih bernilai dibanding biaya yang dia minta sementara menganggap biaya yang dia tetapkan itu lebih bernilai.
Value itu sendiri merupakan suatu penafsiran subjektif. Ada satu peribahasa yang menggambarkan fenomena ini meski sedikit ekstrim, "one man's trash is another man's treasure". Untuk memahami banyak pola pikir dan sudut pandang inilah Value yang ingin dibawa Nilai Inti. Nilai Inti ingin membawa banyak penafsiran "Value yang salah" ini dan dengan demikian mempersiapkan Anda sebagai para pembelajar untuk memahami beragam sudut pandang berbeda.
Di posting ini Saya membahas soal "Value yang salah" karena perspektif yang berbeda, tapi apakah ada yang Value yang benar-benar salah? Tentu saja, lain waktu akan dibahas. Masih ada banyak pelajaran juga yang bisa ditarik dari transaksi barter. Tapi bahasan itu untuk posting lain waktu.